Ngabuburit samaThandy

Ngabuburit samaThandy

Taukan ngabuburit……. ? Saya yakin semua sudah tau apa yang di maksud dengan ngabuburit.

Awal puasa tahun ini di sini pada sore hari saat menjelang acara ngabuburit nyaris selalu di guyur hujan dengan insetitas ringan sampai berat. Keadaan ini beberapa kali mengurungkan niat untuk memenuhi permintaan Thandy, si bungsu yang dari awal puasa ngajak ngabuburit.

Oh iya walau mungkin gak ada yang mo peduli ato mo tau dengan siapa itu Thandy. Saya ceritakan sedikit tentangnya. Thandy anaknya kurus gak jauh beda ma bapaknya, termasuk anak yang aktif, banyak bicara, banyak maunya, banyak sukanya, sering mainin barang barang sendiri sambil terus berceloteh sendirian. Cukup terkenal di lingkungan, melebihi keterkenalan anggota keluarga kami yang lain. Punya cita cita mulia yang sangat jauh dari hobbynya.

 Kembali ke judul.

thand n f

Kamis tangal 9 puasa, cuaca sore hari cerah, kembali Thandy ngajak jalan ngabuburit. Singkat cerita setelah acara ngurusin burung peliharaan beres, kami berangkat di antar si Fino. Begitu tiba di mulut gang karena ini acara Thandy saya mulai bertanya, “Kiri apa kanan, Than ?”. “Kanan pak nanti belok kiri menuju terminal di sana rame bayak yang ngabuburit”. Sampai di terminal yang belum maksimal di pergunakan, benar saja banyak orang dengan berbagai aktifitasnya ada yang sekedar duduk duduk, ada yang jalan kaki muter muter, ada yang belajar naik sepeda motor dan mobil dan banyak lagi. Kamipun berhenti beberapa saat.

Puas melihat keramaian di terminal kami puter arah kembali ke arah masuk, sampai di perempatan jalan, kembali saya bertanya. “Sekarang ke mana Thand ?”. “Lurus pak ke jalan beko (jalan tanah berdebu)”. Saya nurut, si Fino di arahkan kesana terus ikuti jalan itu sampai jembatan yang lumayan panjang, habis jembatan jalan menanjak ahirnya tiba di perempatan lagi. “Thand, sekarang kemana, lurus, kiri apa kanan ?”. Thandy gak spontan menjawab, kelihatanya agak ragu jalan mana yang mau dia ambil. Gak lama . “Kiri pak”.

Si Finopun mulai bertingkah genit mengerling ngasih tanda mo ambil ke kiri. Baru saja beberapa meter mengikuti jalanan itu, mulai tercium bau yang tidak sedap, lama lama baunya makin pengap. Hmmmmmm ternyata ini jalanan menuju TPA (tempat pembuangan sampah ahir), pantas saja bau. Si Fino masih terus jalan, santai menapaki jalanan yang sedikit menurun berkelok kadang di hiasi dengan genangan air hitam pekat. “Thand, sekarang gimana, bau neh ?”. “ Balik lagi aja pak , iya gak kuat baunya”. Seketika putar arah.

Sampai perempatan jalan tanah berdebu jam menujukan pukul 17.35. “Thand gimana mo pulang ? Gak lama lagi bedug magrib”. “Iya pak pulang aja”.
Sambil jalan dalam kecepatan yang kurang dari 20 KM perjam, dari pengalaman sederhana ini ada hal yang bisa saya garis bawahi “janganlah memaksakan akan satu ha, seandainya merasa ragu, lebih baik bertanya dan jangan pernah merasa ragu untuk bertanya”.

Sekian post ngasal kali ini.

wasallam