9 – 4

9 – 4

Siang itu tengah asyik membetulkan alat pancingku tiba tiba aku di kejutkan oleh suara yang samar. Aku masih ingat siapa pemilik suara itu.

“Hobby mancing juga Dan ?”. Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut sahabatku saat menginjakan kakinya di rumah sederhana ini.  Antara percaya dan tidak dia berdiri di hadapanku saat ini.

“Haaiiii Vemmm,,,, benarkah kamu ini Vemy ?”. Aku malah balik bertanya.

“Iya Dan, ini aku Vemy”.

Vemy adalah sahabatku yang sudah sekian tahun lamanya tak pernah bertemu.

Bahagia, haru, bercampur  jadi satu. Rasa rindu terobati sudah, kamipun lantas larut dalam perbincangan. Berbagi cerita tentang perjalanan hidup.

“Dan suka mancing dimana, kapan ?”. Vemy kembali bertanya soal mancing.

“Di lokasi yang dekat aja Vem, kalo gak di pemancingan Twenty One paling di Balong Hejo, sebenarnya jadwalnya sih hari ini, tapi karena ada kamu, mancing aku batalkan”

“Kenapa di batalkan ? mending kita mancing bareng aja, hitung hitung reuni hehe” Vemy mengusulksn.

“Bener kamu mo mancing, kalo iya yu kita bikin umpan dulu” aku berjalan menuju dapur, Vemypun mengikuti.

Pukul 13,25 kami berangkat menuju pemancingan Twenty One, sepanjang perjalanan kami kembali berbincang hingga tak terasa kami sudah tiba di lokasi yang di tuju.

Setibanya kami di lokasi tak harus menunggu lama untuk  acara pengundian lapak . Vemy sahabatku mendapat lapak no 42 di sebrangnya penghuni lapak no 9 anak pengelola pemancingan namanya Elda akrab di panggil El. Vemy yang baru pertama kalinya mancing disini pasti tidak tau siapa Elda.

“Dan,,,anak kecil di sebrang aku  itu benar dia yang mau turun ?”.

“Iya Vem, emang kenapa ?” jawabku balik bertanya.

“Gak napa Dan,,, hanya saja Aku merasa kurang enak aja lawan anak kecil.”

“Vem kamu jangan anggap remeh dia.” Aku mengingatkan.

“Yaahhhh…. Hanya anak kecil,, masa aku harus kalah”. Ada nada sombong saat dia mengucapkanya. Mendengar perkataanya aku hanya senyum, karena kami para pemancing yang sering mancing di sini tau siapa Elda. Elda pemancing junior yang handal, tak di ragukan lagi.

“Vem,,,, kerahkan saja semua kemampuan kamu di bidang mancing” saranku.

“GENJREEENNNGGGG” suara timbangan gantung yang di pukul sebagai tanda mancing di mulai, serentak semua melempar umpan. Tak terkecuali Elda. Elda anak kecil yang di pandang remeh oleh sahabatku mulai menunjukan kebolehanya. Bisa di lihat dari cara dia melempar umpan, membaca tanda tanda keberadaan ikan serta cara mengeksekusi target nyaris tanpa salah.

Sahabatku tersadar apa yang aku katakan itu benar hingga dia mulai mengimbangi kepiawaian Elda, kemana Elda melempar umpan kesitu juga sahabatku melempar umpan. Sayang, mancing bukanlah semata keterampilan, bukan juga karena umpan tapi lebih ke keberuntungan.

Adzan Asar berkumandang pertanda lomba mancing selesai. Vemy sahabatku harus mengakui kekalahanya dari Elda. Elda pemancing junior mampu menaikan 9 ekor ikan sementara Vemy hanya mampu menaikan 4 ekor ikan saja.

“Ga nyangka Dan, tuh s Elda lihai bener dia”  dalam perjalanan pulang Vemy mengakuinya “Jujur Dan, karena gak tau aku anggap kecil tuh dia, eh,,, gak taunya malah aku yang kalah hehe”.

“Haha sengaja aku gak beri tahu kamu Vem, siapa s Elda itu, aku pingin tau reaksi kamu saat di kalahkan dia.”  Jawabku dengan nada bercanda.

”Ambil hikmahnya aja Vem, ke ahlian seseorang itu tidak bisa di ukur dari umurnya, orang yang lebih muda atau anak kecil sekalipun janganlah di pandang sebelah mata apalagi kalau kita belum tau siapa dia sesungguhnya”

Dalam perjalanan pulang kami terus bercerita ngalor ngidul sekenya. Adzan Magrib berkumandang menyambut kedatangan kami di pintu pagar rumah,obrolpun berhenti sampai di situ.…

About kangyan
hanya seorang awam yang suka menulis sebelum tidur... menulis tentang apa saja, dari yang di dengar, di lihat dan di rasakan... bentuk tulisan sekedar ekspresi pemberontakan yang hanya tersalur lewat tulisan...

27 Responses to 9 – 4

  1. elfarizi says:

    Ada award nih sekaligus pengumuman Elfrize. Cek, ya, kawan-kawan 🙂

    http://elfarizi.wordpress.com/2012/10/30/akhirnya-ini-dia-pemenangnya/

  2. elfarizi says:

    Waaah, tetep ya masih pake gaya khas Kang Uya, “mancing-memancing” hehe 😀
    Iya kang, memang seharusnya kita tidak perlu meremehkan seseorang hanya melihat fisiknya aja.
    Hatur nuhun, Kang, Sudah dicatat 🙂

    • kangyaannn says:

      iya ne El,,,, idenya se inget ma sahabat lama El,,,, di bayangin eh terus di tulis… seperti ini jadinya..

      betul el, sering kali orang menilai seseorang dari penampilan luarnya…

      sami El… hatur nuhun…

  3. H Onnie S Sandi SE says:

    He..he..pembelajaran bahwa jangan menilai kemampuan seseorang dari tampilan luar..tulisan yang menarik

  4. cumakatakata says:

    wah,,, ternyata ELda itu el ya A’.. heheheeee….

    semoga sukses GAnya A’..
    ini fiksi apa non Fiksi A’??

  5. Kalo di buku sidu, tulisannya experience is the best teacher yak kang? 😀

  6. Hijihawu says:

    Yang dewasa belum tentu mahir.
    Yang kecil belum tentu amatir.
    Kalau kecilnya sudah mahir, sudah besar jadi pro mungkin ya Kang, keren pisan. 🙂

  7. mintarsih28 says:

    kadang krn perhitungan salah/ menganggap remeh jadi tenaga d pikiran tercurah ala kadarnya. inilah yg membuat kita kalah menghdpi lawan

  8. Sang Dewi says:

    kecil kecil cabe rawit ya…???

  9. Tikatiko says:

    wah versi bang El si jago mancing nih :mrgreen:

  10. Gen Puisi says:

    bahkan seorang guru terkadang belajar dari murid nya… hehhehhe 🙂

  11. Evi says:

    Keterampilan tak bisa diukur dr umur ya Kang, tapi dlm jam terbang untuk mengasahnya..

  12. Ely Meyer says:

    yaa .. anak pengelola pemancingan dilawan .. skornya 9 – 4 deh 😛

Leave a reply to elfarizi Cancel reply